Kenali 3 Tipe Manusia Berdasarkan Gagasan Stoltz

Tips & Trik

Adversity Quotient atau AQ sangat penting untuk diasah, agar bisa mencapai kesuksesan hidup. Jenis kecerdasan ini mengukur seberapa besar seseorang memiliki ketahanan terhadap suatu tantangan maupun masalah dalam hidupnya.

Orang dengan AQ tinggi cenderung siap dengan berbagai kegagalan yang dihadapinya, serta tidak menyalahkan orang lain. Hal ini karena individu merasa bahwa kegagalan adalah awal untuk mencapai keberhasilan.

Berbicara mengenai hubungan karakteristik seseorang dengan ketahanannya, Paul G. Stoltz membagi tipe kemampuan manusia atau tipe AQ menjadi tiga jenis. Stoltz mengibaratkan kemampuan manusia dalam menghadapi tantangan seperti mendaki sebuah gunung. Berikut penjelasan mengenai tiga tipe kemampuan manusia menurut Stoltz, yang dikaitkan dengan Hierarki Maslow.

Quitters

Hampir 60% manusia di dunia adalah tipe quitters. Tipe ini ditujukan untuk seseorang, yang mudah keluar dan berhenti dalam menghadapi suatu masalah maupun tantangan kehidupan.

Orang dengan tipe quitters hanya bekerja dan hidup sekadarnya, memiliki sedikit ambisi, dan sedikit semangat. Individu juga tidak menyukai perubahan-perubahan yang ada, sehingga mudah menyerah ketika berada di tengah jalan.

Quitters dianalogikan sebagai pendaki yang berhenti naik gunung. Ada beberapa alasan mengapa pendaki tersebut tidak mau melanjutkan proses pendakiannya. Di antaranya adalah takut sulit, takut akan suhu yang ekstrem, maupun takut jika jatuh dari ketinggian.

Tipe ini juga cepat merasa puas dengan pemenuhan kebutuhan dasar atau fisiologis. Dalam Hierarki Maslow, quitters berada pada pemenuhan kebutuhan fisiologis, yang letaknya ada di dasar piramida.

Seseorang dengan tipe quitters memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Menghindari tantangan dan kewajiban.
  • Berhenti di tengah jalan.
  • Tidak menyukai perubahan-perubahan hidup.
  • Pasif dan tidak termotivasi.
  • Menolak kesempatan berharga yang penuh tantangan.
  • Mudah mengeluh dan menyalahkan kondisi.

Campers

Berbeda dengan campers, yang telah mencoba dan berjuang. 30% penduduk di dunia biasanya akan mencoba terlebih dahulu ketika menghadapi kesulitan. Seseorang dengan tipe campers masih memiliki motivasi untuk berjuang.

Akan tetapi, individu tidak merasa cukup untuk mengejar cita-citanya. Sehingga, tipe ini akan berhenti di tengah jalan, karena sudah bosan dan jenuh terhadap situasi.

Campers dianalogikan sebagai pendaki yang memilih untuk berkemah di tengah pendakian. Hal ini karena rasa lelah yang dialaminya, serta nyaman dengan pemandangan yang indah. Udara yang sejuk juga membuat seseorang betah untuk berkemah terlalu lama, tanpa harus mendaki lagi.

Dalam Hierarki Maslow, tipe campers berada pada pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman, yang berada di atas kebutuhan fisiologis dari piramida.

Seseorang dengan tipe campers memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Masih rela berjuang sampai di titik sudah merasa jenuh dan bosan.
  • Menyukai dan mengikuti perubahan yang ada.
  • Berani menghadapi tantangan, tetapi tidak berlangsung lama.
  • Mudah merasa puas, aman, dan nyaman.
  • Senang bersantai.
  • Menghentikan sekaligus melepaskan kesempatan untuk maju dan berkembang.

Climbers

Tipe ini adalah tipe pendaki setia. Sesuai dengan namanya, climbers ditujukan untuk orang yang dapat mencapai kesuksesan dalam hidup. Individu selalu pantang menyerah ketika menghadapi suatu tantangan kehidupan.

Seusai beristirahat, orang dengan tipe ini masih terus berjuang, optimis, dan memiliki motivasi tinggi untuk meraih cita-citanya. Selama berjuang, climbers tidak terbawa oleh hambatan-hambatan seperti gunjingan, usia, jenis kelamin, dan lainnya. Apabila ingin berlatih menjadi tipe ini, individu dapat mengikuti pelatihan dan pengembangan SDM, agar bisa menjadi pribadi yang bisa menghadapi tantangan tanpa berputus asa.

Climbers dianalogikan sebagai pendaki yang terus mendaki sampai ke atas. Meskipun terhalang oleh badai, hujan, dan panas terik, pendaki ini tidak menghiraukannya. Ketika merasa lelah, tipe climbers akan beristirahat dan berkemah. Namun, setelah energinya terisi, barulah melanjutkan pendakiannya.

Dalam Hierarki Maslow, tipe climbers terus berupaya untuk mencapai puncak kebutuhan aktualisasi diri, yang berada di puncak piramida.

Seseorang dengan tipe climbers memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Terbuka akan setiap peluang yang bagus.
  • Tidak menghiraukan hambatan-hambatan yang menghalangi kemajuannya.
  • Kreatif, sangat termotivasi, dan optimis.
  • Suka belajar hal-hal baru.
  • Menyukai tantangan hidup.
  • Tidak mudah menyerah maupun putus asa.
  • Tidak mudah mengeluh.

Kesimpulan

Itulah penjelasan lengkap mengenai tiga tipe kemampuan manusia dalam menghadapi tantangan hidup, menurut Stoltz. Ketiganya diibaratkan seperti tipe pendaki yang hendak mendaki gunung. Pertama adalah Quitters, yang hanya berada di pos awal tanpa mau mencoba sebuah tantangan.

Kemudian ada Campers, yang sudah berusaha semampunya, namun tidak ada niat untuk melanjutkan tantangannya.

Terakhir, adalah Climbers, yang bisa dikatakan memiliki AQ tinggi, karena kegigihannya untuk menerjang badai atau tantangan demi mencapai puncak sukses. Tipe Climbers inilah yang dianggap mahir dalam mengasah AQ dengan terus belajar dari kegagalan dan permasalahan.

Penting bagi individu untuk meningkatkan dan mengukur kecerdasan yang dimilikinya dengan mengikuti tes kecerdasan seperti tes IQ online. Selain melatih kecerdasannya, individu juga dapat berlatih menjadi kepribadian yang baik dan profesional selama bekerja melalui pelatihan dan pengembangan SDM, yang kini bisa dilakukan secara online.

Program tes IQ online maupun pelatihan dan pengembangan SDM, bisa didapatkan di Quantum Edukasindo Paradigma. Sebagai salah satu biro psikologi berpengalaman, Quantum Edukasindo Paradigma menawarkan sejumlah program menarik untuk membentuk dan melatih SDM agar bisa menjadi sosok yang terampil dan cerdas.

Leave a reply